BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran alat atau media mempunyai arti yang cukup penting. Ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya alat atau media tersebut dapat mempercepat proses pembelajaran murid karena dapat membuat pemahaman murid lebih cepat pula.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi mempermudah jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Bukan pada masa modern saja, penggunaan media atau alat bantu pembelajaran juga sudah dikenal sejak masa Rasulullah yang mana beliau adalah sosok pendidik yang agung bagi umat manusia.
Jika demikian adanya maka disini pemakalah akan membahas mengenai pengertian dari media pendidikan, macam-macam media pada masa Rasulullah serta perbandingannya dengan masa sekarang, dan manfaat menggunakan media pembelajaran.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian media pendidikan Islam?
2. Apa saja macam-macam media pendidikan Islam pada masa Rasulullah?
3. Bagaimana perbandingan media pada masa Rasulullah dengan sekarang?
4. Apa saja manfaat menggunakan media pendidikan Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian media pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui macam-macam media pendidikan Islam pada masa Rasulullah
3. Untuk mengetahui perbandingan media pada masa Rasulullah dengan sekarang
4. Untuk mengetahui manfaat menggunakan media pendidikan Ialam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian media pendidikan Islam
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah memiliki arti perantara atau pengantar. Menurut Association For Education and Communication Technologi (AECH), media ialah segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran informasi. Dan menurut Education Association, media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat memengaruhi efektifitas program instruksional. Sedangkan dalam bahasa Arab, media adalah perantara ( وسا ئل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Menurut Zakiah Daradjat, media pendidikan atau pembelajaran adalah suatu benda yang dapat diindrai, khususnya penglihatan dan pendengaran, baik yang terdapat di dalam maupun di luar kelas, yang digunakan sebagai alat bantu penghubung (media komunikasi) dalam proses interaksi belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Asnawir dan Basyiruddin Usman media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Grlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Sehingga dapat dipahami, bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu atau sarana yang dijadikan sebagai perantara atau piranti komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi berupa ilmu pengetahuan dari berbagai sumber ke penerima pesan atau informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
B. Macam-macam media pendidikan Islam pada masa Rasulullah
1. Media manusia
Dalam proses pembelajaran dengan para sahabat, Rasulullah saw menjadikan pribadinya sebagai media. Melalui ucapan, sifat, dan perilaku beliau. Para sahabat dapat memahami ajaran Islam dan mampu pula mengamalkannya dengan baik. Dalam hal ini Rasulullah mengajukan pertanyaan kepada sahabat dan ketika diperlukan beliau menggunakan organ tubuhnya sebagai media. Berdasarkan beberapa hadis yang dijelaskan Rasulullah saw. Maka media-media manusia dalam pengajaran dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan
b. عَن أَبِي هُرَيْرَة أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَامَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّار
Terjemahan:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan al-muflis(bankrut)?” Sahabat menjawab, “Al-muflis dikalangan kami orang yang tidak memiliki uang dan harta benda.” Rasulullah bersabda: ” Sesungguhnya al-muflis dikalangan umatku adalah orang yang datang pada hari qiamat membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Selain itu, ia juga memfitnah, menuduh (berbuat maksiat), memakan harta orang lain (dengan cara tidak halal), menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Lalu masing-masing kesalahan itu ditebus dengan kebaikan (pahala)nya. Setelah kebaikan (pahala)nya habis sebelum kesalahannya terselesaikan, maka dosa orang dizaliminya itu dilemparkan kepadanya, kemudian ia dilemparkan kedalam neraka.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi) .
Dalam hadis terlihat bahwa Rasulullah saw memfungsikan dirinya sebagai mediator, Beliau ajukan pertanyaan kepada para sahabatnya. Beliau dengarkan jawaban mereka, kemudian beliau menjelaskan inti masalah yng sedang dibicarakan sehingga tidak ada lagi tanda tanya dalam fikiran para sahabat, melalui beliau peserta didik mendapat informasi. Dengan demikian beliau adalah media pembelajaran.
Hadis di atas menginformasikan bahwa media yang diterapkan Nabi agar ajaran agamanya dapat diterima dengan mudah oleh umatnya, antara lain dapat dilihat dengan melalui media perbuatan Nabi sendiri, di mana beliau memberikan contoh langsung yang dikenal dengan istilah uswah hasanah (contoh teladan yang baik).
c. Media jari tangan
d. عَبْدُالْعَزِيْزِ عَنْ عُبَيْدِاللهِ بْنِ أَبِيْ بِكْرِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍقَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ" وَضَمَّ أَصَابِعَهُ.(رواه مسلم)
Terjemahan:
“Telah menceritakan padaku Amrun dan Naqid. Telah menceritakan pada kami Abu Ahmad Zubair. Telah menceritakan pada kami Muhammad bin Abdul Aziz, dari Ubaidillah bin Abu Bakar bin Anas, dari Anas bin Malik r.a: Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa memelihara dua anak perempuan sampai baligh, maka pada hari kiamat dia datang bersamaku,” beliau menggenggam jemarinya”. (HR. Imam Muslim).
Syarah hadis:
Dalam hadits di atas, Nabi saw menjelaskan tentang keistimewaan orang yang menyantuni atau memelihara dua anak perempuan dengan menggunakan jari tangan beliau. Nabi saw menggenggamkan jemarinya untuk memberikan penekanan tertentu sehingga dapat dipahami bahwa Jika orang yang memelihara dua anak perempuannya hingga ia dewasa, atau sudah bisa menikah. Maka kelak hari kiamat dia akan dekat dengan Nabi saw.
Aspek tarbawi:
Dari penjelasan mengenai hadits tersebut, dapat dipahami bahwa ketika Nabi saw menjelaskan tentang ajarannya, beliau menggunakan media yang variatif dan komunikatif yang disesuaikan dengan kondisi pada saat itu. Pada saat itu Nabi saw menjelaskan dengan genggaman jemari beliau dengan maksud bahwa genggaman itu adalah suatu kedekatan antara Nabi saw dengan orang yang dijelaskan dalam hadits tersebut. Dengan menggenggamkan jemari tangan, maka akan lebih memudahkan dan memahamkan para sahabat dalam menerima penjelasan dari Nabi saw.
2. Media bukan manusia
a. Media gambar
حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ الْفَضْلِ: أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ، عَنْ سُفْيَانَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِيْ، عَنْ مُنْذِرٍ، عَنْ رَبِيْعٍ بْنِ خُثَيْمٍ، عَنْ عَبْدِ الله رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا، وَخَطًّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ، وَخَطَّ خُطُطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِيْ فِي الْوَسَطِ، وَقَالَ: (هَذَا الْإِنْسَانُ، وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيْطٌ بِهِ - أَوْ: قَدْ أَحَاطَ بِهِ - وَهَذَا الَّذِيْ هُوَ خَارِجُ أَمْلُهُ، وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ، فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا، وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا).(رواه البخاري)
Terjemah :
“Telah menceritakan pada kami Sodaqoh bin Fadhil, telah memberikan kabar kepadaku Yahya bin Sa’id dari Sofyan, beliau bersabda: Telah menceritakan kepadaku bapak ku dari Mundzir dari Robi’ bin Khusein dan Abdullah R.A, Beliau bersabda: Nabi SAW pernah membuat garis (gambar) persegi empat dan membuat suatu garis lagi di tengah-tengah sampai keluar dari batas(persegi empat), kemudian beliau membuat banyak garis kecil yang mengarah ke garis tengah dari sisi-sisi garis tepi, lalu beliau bersabda: Beginilah gambaran manusia. Garis persegi empat ini adalah ajal yang pasti bakal menimpanya, sedang garis yang keluar ini adalah angan-angannya, dan garis-garis kecil ini adalah berbagai cobaan dan musibah yang siap menghadangnya. Jika ia terbebas dari cobaan yang satu, pasti akan tertimpa cobaan lainnya,jika ia terbebas dari cobaan yang satunya lagi, pasti akan tertimpa cobaan lainnya lagi.” (HR.Imam Bukhori).
Syarah hadis:
Nabi saw. menjelaskan garis lurus yang terdapat di dalam gambar adalah manusia, gambar empat persegi yang melingkarinya adalah ajalnya, satu garis lurus yang keluar melewati gambar merupakan harapan dan angan-angannya sementara garis-garis kecil yang ada disekitar garis lurus dalam gambar adalah musibah yang selalu menghadang manusia dalam kehidupannya di dunia.
Dalam gambar ini Nabi saw. menjelaskan tentang hakikat kehidupan manusia yang memiliki harapan, angan-angan dan cita-cita yang jauh ke depan untuk menggapai segala yang ia inginkan di dalam kehidupan yang fana ini, dan ajal yang mengelilinginya yang selalu mengintainya setiap saat sehingga membuat manusia tidak mampu menghindar dari lingkaran ajalnya, sementara itu dalam kehidupannya, manusia selalu menghadapi berbagai musibah yang mengancam eksistensinya, jika ia dapat terhindar dari satu musibah, musibah lainnya siap menghadang dan membinasakannya, artinya setiap manusia tidak mampu menduga atau menebak kapan ajal akan menjemputnya.
Aspek tarbawi:
Secara tidak langsung Nabi saw. memberikan nasehat pada mereka untuk tidak (sekedar melamun) berangan-angan panjang saja (tanpa realisasi), dan mengajarkan pada mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Hadits ini menunjukan kepada kita betapa Rasulullah saw. seorang pendidik yang sangat memahami metode yang baik dalam menyampaikan pengetahuan kepada manusia, beliau menjelaskan suatu informasi melalui gambar agar lebih mudah dipahami dan diserap oleh akal dan jiwa.
b. Menggunakan kerikil
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ, وَأَخْبَرَنَا خَلَّادُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا بَشِيْرُ بْنُ الْمُهَاجِرِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الله بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيْهِ. قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَلْ تَدْرُوْنَ مَا مَثَلُ هَذِهِ وَ هَذِهِ؟ وَرَمَى بحصَاتَيْنِ قَالُوا الله وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ هَذَاكَ الْأَمَلُ وَهَذَاكَ الْأَجَلُ". قَالَ أَبُو عِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ غَرِيْبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. (سنن الترمذي)
Terjemah:
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isma’il, dan telah memberi kabar kepada kami Khollad bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Basyir ibn al-Muhajir, telah memberi kabar kepadaku Abdullah bin Buraidah dari Ayahnya, beliau berkata: “Rasulullah S.A.W bertanya kepada para sahabat, Tahukah kalian semua, apakah sesuatu ini? Rasulullah SAW sambil melemparkan dua kerikil, para sahabat menjawab, Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih tahu, kemudian Rasulullah SAW bersabda Sesuatu ini adalah angan-angan dan ini adalah ajal”. Abu ‘Isa berkata: Ini hadits hasan yang nampak asing.” (HR. At-Tirmidzi).
Syarah hadis:
Hadits di atas menjelaskan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. bertanya kepada para sahabat, tentang dua benda yang beliau pegang lalu melemparnya, namun sahabat menjawab, hanya Allah dan RasulNya yang tahu, beliau menjawab dua benda itu adalah kerikil sebagai salah satu media dalam pendidikan yang diajarkan Rasulullah saw. dengan mengumpamakan dua kerikil itu bagaikan angan-angan dan ajal seseorang. Maksudnya angan-angan disini adalah kehidupan manusia di dunia dan ajal disini adalah kematian atau ajal seseorang. dua hal tersebut tidak dapat dipisahkan seperti halnya dua sisi mata uang. Keduanya sudah menjadi kodrat Allah SWT dalam menentukan jalan kehidupan dan ajal manusia.
Dalam hadits ini dapat dipahami bahwa Nabi saw. menggunakan dua kerikil itu sebagai media pembelajaran, untuk memberikan tanda peringatan bagi umat manusia bahwa kehidupan tidak hanya sekali saja, tetapi masih ada kehidupan lain setelah kehiduan di dunia ini, sehingga peran media dalam pembelajaran adalah membantu pemahaman untuk mencapai tujuan pendidikan.
Aspek tarbawi:
Dari beberapa penjelasan mengenai isi kandungan hadits-hadits di atas, dikisahkan tentang Rasulullah SAW menggunakan gambar, jari tangan dan kerikil sebagai penjelas dalam menyampaikan ajarannya kepada para sahabat-sahabatnya. Hal ini berarti Rasulullah SAW menggunakan sarana-sarana tersebut untuk memberi gambaran perumpamaan dan mempermudah dalam menyampaikan isi materi yang diajarkannya. Jika kita korelasikan dengan dunia pendidikan, hadits-hadits tersebut berkaitan dengan salah satu komponen dalam dunia pendidikan yakni media pembelajaran.
3. Gabungan media manusia dan bukan manusia
عَنْ أَبِى مُوْسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضَا وَ شَبَّكَ أَصَابِعَهُ
Terjemahan:
Dari Abu Musa dari Nabi saw. beiau bersabda, “sesungguhnya seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain.” Kemudian beliau menjalin jemarinya. (HR. Al-bukhari)
Syarah hadis:
Dalam hadis diatas, Rasulullah memotivasi para sahabat agar bersatu dan saling menolong. Beliau menggunakan metode perumpamaan, yaitu menyamankan hubungan antara sesama mukmin dengan kondisi suatu bangunan yang satu komponen menguatkan komponen yang lain. Dalam hal ini beliau menggunakan bangunan sebagai media karena pada umumnya orang sudah mengenal bangunan. Selain itu beliau juga memperagakan kekuatan hubungan itu dengan menjalin jemari tangan kanan dan tangan kirinya. Dengan demikian Rasulullah telah menggunakan dua media, yaitu bangunan dan jemarinya. Hal itu dilakukan oleh beliau untuk mempermudah para sahabat memahami apa yang beliau sampaikan.
Aspek tarbawi:
Terkadang siswa cenderung kurang paham dengan satu media yang digunakan guru, sehingga dengan penggabungan anatara 2 media tersebut maka lebih memperkuat pemahaman peserta didik. Seperti yang dicontohkan Rasulullah yaitu dengan perumpamaan objek di luar badan yaitu bangunan dan dengan menggambarkan hubungannya dengan tangan jemarinya.
C. Perbandingan penggunaan media pada zaman Rasulullah dengan zaman sekarang
1. Media pertanyaan
a. Pada zaman Rasulullah saw, ketika ada yang ingin bertanya tentang suatu masalah maka harus bertemu langsung dengan Rasulullah dalam arti bertatap muka langsung dengan Rasulullah. Suatu pertanyaan disampaikan secara langsung. Sedangkan di zaman sekarang dengan berkembangnya IPTEK Maka masyarakat hususnya pelajar dapat dengan mudah bertanya kepada gurunya tanpa komunikasi tatap muka langsung melainkan dapat dengan menggunakan telepon, maupun internet.
b. Pada zaman Rasulullah sumber jawaban langsung dari Rasulullah saw. namun di zaman sekarang sumber jawaban bukan hanya dari seorang guru, melainkan bisa didapat dari sumber lain seperti internet, buku, dan pengalaman.
2. Media jari
a. Pada zaman Rasulullah saw, media jari digunakan untuk perumpamaan suatu peristiwa. Sedangkan pada zaman sekarang, media jari digunakan untuk berbagai keterampialan dalam proses pembelajaran.
3. Media gambar
a. Pada zaman Rasulullah saw, Beliau menggunakan media gambar dengan cara menjelaskan gambar manusia dengan garis-garis. Sedangkan di zaman sekarang ini media gambar bukan hanya dengan garis melainkan dikembang dengan membuat media gambar sesuai dengan keaslian wujudnya.
b. Pada zaman Rasulullah gambar dibuat menggunakan bahan sederhana, seperti: tanah, kayu, dan batu. Sedangkan di zaman sekarang ini gambar di buat dengan media kertas, laptop dan lain-lain yang lebih canggih.
4. Media kerikil
a. Pada zaman Rasulullah salah satu fungsi kerikil adalah sebagai media pembelajaran dalam hal menghitung. Di zaman sekarang menghitung sudah menggunakan sempoa dan kalkulator.
D. Manfaat media pemdidikan
Omar Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan, minat, dan motivasi, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pada tahap orientasi akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan. Media juga dapat membantu meyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, serta mendapatkan informasi sehingga pemahaman siswa meningkat.
Sejalan dengan uraian ini Mahmud Yunus mengungkapkan bahwasanya media memiliki pengaruh yang paling besar terhadap indra dan lebih dapat menjamin pemhaman. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lama bertahannya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarkan.
Sementara itu, Abdul Halim Ibrahim menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran. Menurutnya, media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang murid-murid. Semangat merekapun terbaharui sehingga membantu memantapkan pengetahuan pada benak mereka serta menghidupkan pelajaran.
Secara lebih luas, ada banyak manfaat yang diperoleh dari menggunakan media pembelajaran dalam mengajar, diantaranya:
1. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa untuk menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik.
2. Verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga dalam memberikan materi pelajaran.
3. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan keterangan guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
4. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
5. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas.
6. Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera seperti: terlalu besar, terlalu kecil, gerak terlalu lambat, gerak terlalu cepat, peristiwa masa lalu, kompleks, dan konsep yang terlalu luas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Media pembelajaran merupakan alat bantu atau sarana yang dijadikan sebagai perantara atau piranti komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi berupa ilmu pengetahuan dari berbagai sumber ke penerima pesan atau informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Macam-macam media pada masa Rasulullah dibagi menjadi 3 macam yaitu media manusia, media bukan manusia, dan media gabungan. Media manusia contohnya seperti media pertanyaan dan media jari tangan, media bukan manusia contohnya media gambar dan media kerikil. Sedangkan media gabungan yaitu menggunakan mansuia dan benda lain selain manusia. Dari media pada masa Rasulullah dengan sekarang tentunya ada perbedaan yang dibandingkan contohnya saja media gambar pada zaman Rasulullah gambar dibuat menggunakan bahan sederhana, seperti: tanah, kayu, dan batu. Sedangkan di zaman sekarang ini gambar di buat dengan media kertas, laptop dan lain-lain yang lebih canggih. Manfaat dari adanya media dalam pembelajaran adalahmempermudah mencapai tujuan pendidikan, pembelajaran menjadi kreatif, dan siswa cenderung lebih paham dengan materi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nawawi. Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Hajjaj.
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Asnawir dan Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta Selatan: Ciputat Press.
Atsqalani, Ibnu Hajar. Kitab Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari.
At-Tirmidzi, Sunan (juz 4). 1992. Semarang: CV. Asyifa.
Bukhari, Umar. 2014. Hadis Tarbawi. Jakarta: Amzah.
Daradjat, Zakiah. 1995. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djjamaluddin, Shinqithy dan H.M. Mochtar Zoerni. 2002. Ringkasan Shahih Muslim, Bandung: Mizan.
Ghuddah, Abdul Fattah Abu. 2009. 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah. Bandung: Irsyad Baitus Salam.
Hajar Ibnu Al-Asqolani. 1993. Fath Al-Bari bi Syarh Al-bukhari. Beirut: Dar al-fikr.
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching.
Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.
makash banyak.. sangat membantu
BalasHapus