Langsung ke konten utama

Makalah Bahasa Indonesia Sastra Anak

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra anak merupakan salah satu wujud dari karya sastra, wujud pertama dari sastra anak dapat dilihat dari bahannya, yaitu bahasa. Dalam pemakaian bahasa, sastra anak tidak selalu mengandalkan suatu bentuk keindahan sebagaimana layaknya karya sastra pada umumnya. Yang paling penting untuk ditonjolkan dalam sastra anak adalah fungsi yang hadir bersamanya. Baik itu fungsi estetis maupun bentuk gaya bahasanya.
Hal yang sangat menarik dan kurang mendapatkan perhatian bahwa dalam karya satra anak sebuah karya sastra adalah wujud pengungkapan dan representasi dari dunia, pikiran, perasaan, gagasan, ide serta ekspresi dari seorang anak. Dalam hal ini penelitian tentang wujud sarana retorika yang dilakukan pada puisi–puisi anak diharapkan bukan saja untuk dapat mengetahui jenis, pemanfaatan, serta fungsi sarana retorika
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sastra anak, maka makalah ini akan menjelaskan mulai dari pengertian, sifat, jakikat sastra anak sampai fungsinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penegrtian, sifat, dan hakikat sastra anak?
2. Apa sajakah ciri sastra anak?
3. Apa sajakah jenis sastra anak?
4. Bagaimana fungsi sastra anak?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui penegrtian, sifat, dan hakikat sastra anak.
2. Untuk mengetahui ciri sastra anak.
3. Untuk mengetahui jenis sastra anak.
4. Untuk mengetahui fungsi sastra anak.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Sifat, dan Hakikat Sastra Anak
Dalam bahasa Indonesia, kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yakni berasal dari  akar kata sas-, yang dalam kata kerja turunannya diartikan sebagai mengarahkan, mengajar, dan memberi petunjuk atau instruksi. Akhiran tra menunjukkan alat berdasarkan asal kata dalam bahasa Sansekerta, diartikan sebagai alaat untuk mengajar, buku petunjuk, dan buku instruksi atau pengajaran.
Sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa, baik lisan maupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-aanak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak (Santosa,  2003: 8.3). Sementara itu menurut Sarumpaet (dalam Santosa, 2003: 8.3), sastra anak didefinisikan sebagai karya sastra yang dikonsumsi anak-anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Sastra anak adalah sastra yang ditulis orang tua kepada anak-anak, sedangkan proses produksinya dilakukaan oleh orang tua, termasuk dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam menentukan buku yang cocok untuk anak. 
Sifat dan hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alm kehidupan yang khas milik anak, bukan milik orang dewasa. Itu sebabnya, sifat sastra anak lebih menonjolkan unsur fantasi yang penuh dengan keserbamungkinan. Menurut anggapan anak, segala sesuatu, benda hidup, ataupun benda mati, berjiwa dan bernyawa seperti dirinya. Setiap benda dianggapnya memiliki  imbauan dan nilai tertentu. Di situlah letak keunikan hakikat sastra anak, yaitu bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman perilaku dalam alam kehidupannya. 

B. Ciri Sastra Anak
Menurut Sarumpaet (dalam Santosa, 2003: 8.4), ada tiga ciri sastra anak yang membedakannya dengan sastra orang dewasa. Ketiga ciri tersebut adalah adanya unsur pantangan, sajian yang dilakukan dengan gaya secara langsung, dan adanya fungsi terapan.
Unsur pantangan adalah unsur yang secara khusus berkaitan dengan tema dan amanat. Secara umum, sastra anak pantang akan persoalan yang berkaitan dengan seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekerasan, prasangka buruk, kelicikan yang jahat, dan masalah maut. Jika ada hal buruk dalam kehidupan yang diangkat dalam sastra anak, misalnya kemiskinan, kekejaman ibu tiri atau perlakuan yang tidak adil pada tokoh protagonis, biasanya amanatnya lebih disederhanakan dengan akhir tokoh menemui kebahagiaan atau kehidupan, misalnya cerita Putri Salju, Cinderella, Bawang Merah dan Bawang Putih, Cindelaras, dan Putri Angsa.
Penyajian dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita merupakan paparan secara singkat dan langsung menuju sasaran. Artinya kalaupun ada pemaparan, sifatnya tetap dinamis dan dalam ruang lingkup permasalahan yang tetap atau jalinan. Dengan demikian, deskripsi watak tokoh pun menjadi mudah untuk diidentifikasi.
Fungsi terapan adalah bahwa sajian ceritanya harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat bagi pengetahuan umum, keterampilan khusus ataupun bagi pertumbuhan anak.  Fungsi terapan dalam karya sastra anak itu ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang ada dalam teks karya sastra anak itu sendiri, misalnya judul cerita Petualangan Sinbad memberi informasi tentang tokoh asing. 
Bentuk karya sastra yang dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar hendaknya memenuhi ciri-ciri sastra anak, yang meliputi puisi, prosa, dan drama. Puisi anak memiliki ciri-ciri: bahasanya dapat dipahami ana, pesan yang dikandung dapat dimengeti anak, memiliki irama dan keindahan, isinya sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Cerita anak memiliki ciri anatara lain, latar dikenal anak, alur berentuk maju dan tunggal, penokohannya dari kalingan anak dengan jumlah sekitar3-4 orang, temanya tentang kehiudpan anak sehari-hari, petualngan, olah raga, dan keluarga. Drama anak memiliki ciri relatif sama dengan prosa, yang berbeda dari segi dialog yang relatif sederhana dengan adegan yang tidak panjang. Sastra anak pantang dari hal-hal kekerasan, kesadisan, kehidupan yang pelik, dan percintaan yang erotis. 

C. Jenis Sastra Anak
Jenis sastra adalah istilah yang sama yang merujuk pada pengertian jenis sastra. Untuk membantu pemahaman anda tentang istilah yang terdapat dalam sastra, penulis akan menggunakan istilah genre sastra untuk merujuk pada pengertian jenis sastra. Seperti halnya genre sastra anak dibagi menjadi tiga garis besar, yakni prosa, puisi, dan drama. Dalam prosa sering ditemukan untuk bacaan anak adalah berbentuk cerpen, sedangkan novel hampir tidak ada, kecuali novel-novel terjemahan seperti Harry Potter yang juga cocok untuk anak usia menjelang dewasa, bahkan terbukti pembacanya banyak yang dewasa maupun novel yang sebenarnya diangkat dari film kartun atau komik. 
Sementaa itu, jenis drama juga amat jarang ditulis, sedangkan jenis puisi sering kita jumpai, baik dalam majalah anak-anak maupun koran edisi minggu yang berisi rubrik anak-anak. Hal yang menarik adalah walaupun drama sangat jarang ditemukan, tetapi drama yang telah diaudiovisualkan dalam bentuk yang lebih kompleks lagi seperti film kartun dan animasi yang paling banyak beredar dan efektif. Dari Indonesia dahul kita pernah memiliki film boneka Si Unyil. Dari mancanegara kita tentu mudah menyebut Tinki-Winky, Dypsi, Lala, Poh dalam Teletubies. 
Jadi, ada 3 jenis sastra anak:
1. Prosa
Cerita rekaan (buatan) ditulis tidak berdasarkan kejadian sebenarnya. Dalam hal ini pengarang bebas dari ikatan data. Namun demikian, bukan berarti tidak menggunakan data sama sekali, hanya saja kejadian ynag sebenarnya telah diubah oleh pengarang dalam makna tertentu berdasarkan imanjinasinya (daya cipta). Karena itu, pengarang sering memperingatkan pada pembacanya, bahwa jika ada persamaan nama atau kejadian dalam cerita, hanya merupakan kebetulan belaka. Jenis cerita ini adalah novel, novelet dan cerpen.
2. Drama
Berbeda dengan bentuk lain, drama ditulis pengarang bukan untuk dibaca, tetapi untuk diprtunjukan. Drama memliki unsur plot dan karakter serta pendayagunaan bahasa seperti halnya karya fiksi. Selain itu drama baru lengkap fungsinya kalau dipertunjukan oleh para aktor. Semua peristiwa atau kejadian dalam drama hanya dapat disampaikan oleh pengarangnya melalui dialog dan keterangan pendek. Dalam drama pengalaman yang diungkapkan oleh pengarang dapat langsung diterima oleh seluruh indra penontonnya. Penonton dapat diajak pengarangnya seolah-olah benar-benar meraskan semua peristiwa yang disampaikan, walaupun hanya di atas panggung dan didasarkan pada naskah yang diatur. Drama tergolong genre sastra karena ditulis dengan bahasa yang memikat dan mengesankan.
3. Puisi
Banyak orang yang menganggap bahwa membaca puisi lebih sulit dari membaca karya-karya fiksi anggapan ini disebabkan karena cara dan bahasa yang digunakan pengarang dalam puisi lebih murni dan tidak secara langsung dapat dipahami. Kerumitan ini, disebabkan pengarangnya tidak hanya sekedar memberi keterangan, penjelasan kepada pembaca, tetapi juga harus memikirkan bunyi bahasanya, kata-kata/diksi, irama kalimatnya serta gambaran yang diwujudkan dari bahasa yang digunakan. Bahsa dalam puisi harus mempunyai kekuatan dan mengandung makna yang dalam. Membaca puisi bukan saja memperoleh pengetahuan, tetapi dapat menimbulkan semangat tertentu, membuat pembaca menggerakkan dan mengembangkan imajinasinya, angan-angan dan bahkan emosinya. Bahasa yang khas dan istimewa itu kadang-kadang membuat orang awam sulit memahaminya secara seketika. 
Contoh:
Sepatu 
Alangkah bagus rupamu
Putih, hitam dan biru
Kulihat kau di pasar baru
Kapan aku bisa memilikimu
Ada banyak macam karya puisi, ada ynag mudah, sedang adan ada pula yang sulit dipahami. Namun khusu puisi untuk anak haruslah menggunakan bahasa yang sederhana dan  mudah dipahami, tetapi mengandung makna yang dalam.
Inilah hakikat puisi, begitu banyak yang hendak dikatakan, tetapi hanya diungkap dalam sedikit mungkin kata-kata. Hal ini seing disebut kata-kata puitis.
Puisi anak SD belum menggunakan kata-kata kias, tetapi bahasanya sederhana, lugas, sesuai dengan kehidupan anak ynag jujur, polos, lucu.belum ada kebohongan di dalamnya.karakteristik/ sikap ini yang perlu dibina melalui sastra di Sekolah Dasar. 
Dengan kata lain, jenis sastra termasuk sastra anak yang sekarang banyak terdapat di masyarakat terdiri atas cerpen dan puisi. Tentang film yang dianggap lebih mudah diterima anak menjadi persoalan yang tidak dibahas dalam modul ini. Kedua buah jenis sastra anak ini, berdasarkan kehadiran tokohnya dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:
1. Alam benda mati, misalnya batu, sungai, air, sepatu, dan sejenisnya.
2. Alam benda hidup yang bukan manusia misalnya, nama-nama binatang dan tumbuhan.
3. Alam manusia sendiri misalnya, Bawang Merah Bawang Putih, Cindelaras, dan Cinderella. 

D. Fungsi Sastra Anak
Manfaat sastra dalam pendidikan/pengajaran:
1. Sastra menunjukan kebenaran hidup
Di dalam karya sastra, jika menuturkan pengalaman yang dapat menyesatkan kehidupan manusia (misalnya menuturkan kecabulan/kekejaman) maka karya ini tidak dapat digolongkan sebagai karya sastra. Sastra dihargai, karena ia berguna bagi hidup manusia, agar manusia lain dapat mengambil pelajaran dari pengalaman itu dan hidup manusia akan lebih baik. Dari karya sastra, orang akan belajar banyak tentang pengalaman hidup, persoalan dengan aneka ragamnya dan bagaimana menghadapinya. Misalnya, bila membaca buku “Siti Nurbaya”, pembaca akan tahu bagaimana percintaan pada zamannya (1920-1930), kaum muda yang lemah, tak berdaya orang tua ynag tertekan menerima nasib, bagaimana sikap orang kaya yang dengan gampang memperdaya orang yang lemah, kaum pribumi dengan penjajah dan masih banyak lagi hal lain yang memberi pelajaran, yang tidak ditemui dalam buku ilmiah atau sejarah sekalipun. Semua jalinan cerita itu, sebenarnya mengambarkan persoalan hidup yang terjadi dlam masyarakat saat itu.
Dalam sastra anak-anak, dapat dijumpai cerita gadis kecil yang begitu asyik dengan bonekanya, dibelai, disenangi, dininabobokan, dengan bibir mungilnya, yang begitu polos, murni, tidak ada kebohongan di sini. Begitu pula dengan anak laki-laki yang dengan asyiknya ia berjingkrak-jingkrak,....dar...dar....dar....! sambil jatuh dengan pistol mainannya, penuh semangat, suka cita, tanpa rekayasa.
Kondisi di atas, dapat dijadikan untuk menanamkan pendidikan kepada anak-anak tentang bagaimana hidup manusia itu sebenarnya. Ada masa tenang, ada masa damai. Ada masa anak-anak, masa dewasa, menjadi tua dan seterusnya, yang penuh dengan aneka peran, tugas dan tanggung jawab. Dengan sastra, manusia akan mengerti manusia lain.
2. Sastra untuk memperkaya rohani
Melalui sastra seprang pembaca dapat mem[eroleh hiburan dan kesenangan. Jika seorang pembaca sastra hanya untuk mencari hiburan saja, bukanlah pembaca yang baik. Dalam membaca sastra, di samping hiburan dapat menikmati jalan cerita, pelukis watak yang mengesankan, juga pembaca harus mempertimbangkan, mencari kebenaran yang ada dai dalamnya. Pembaca sastra juga seharusnya ikut aktif mencari makna yang terkandung dalam cerita. Dengan demikian pembaca memperoleh kekayaan rohani yang dapat memperkuat jiwanya. Jiwa akan kuat diisi dengan kekayaan rohani, antara lain dapat diperoleh melalui karya sastra.
3. Sastra melampaui atas bangsa dan zaman
Karya sastra Mahabarata dan Ramayana menceritakan kejadian beberapa ratus tahun yang lalu. Ceita tersebut  masih tetap hidup dalam abad keduapuluh dan sampai saat ini, berarti melampaui batas dan zaman.
4. Dengan sastra, dapat memiliki santun berbahasa
Dalam karya sastra, begitu kaya denagn kata-kata yang terssusun secara tepat dan mempesona. Seseorang dapat belajar tatakrama/santun berbahasa dari pengungkapan kata-kata para sastrawan. 
5. Sastra dapat menjadikan manusia berbudaya
Manusia yang berbudaya adalah manusia yang cepat tanggap terhadap segala hal yang luhur dan indah dalam hidup ini. Seseorang akan dapat menggemrai musik yang baik, menggunakan bahasa yang teratur dan sopan dalam percakapan. Seseorang yang senang pada lukisan akan memiliki rasa cinta pada penginggalan-peninggalan bersejarah pada umumnya. Dikatakan demikian, karena dalam karya seni dan budya, terkandung gagasan tentang kebenaran, kebikan dan keindahan. 
Fungsi nilai sastra bagi pendidikan anak-anak:
1. Membantu perkembangan bahsa anak
Mengajak anak bergaul dengan sastra, baik lisan maupun tulisan, akan memebrikan dampak positif terhadap perkembangan bahasa anak. Melalui menyimak atau membaca karya sastra, secara sadar ataupun tidak sadar pemerolehan bahasa anak akan meningkat. Bertambahnya kosakata maka akan meningkat pula keterampilan berbahasa anak. Dengan demikian jelasa bahwa sastra berfungsi untuk menunjang perkembangan bahasa anak-anak, khususnya anak SD.
2. Membantu perkembangan kognitif siswa
Bahasa mempunyai hubungan erat dengan penalaran dan pikiran anak-anak. Kian terampil mereka berbahasa, maka akan kiat terampil pula mereka erpikir. Kognisi atau penalaran anak-anak yang dikembangkan melalui media sastra, antara lain: mengamati, mengorganisasikan, membandingkan, mengkelasifikasi, menghipotesiskan, merangkum, menerapkan dan mengeritik.
3. Pekembangan kepribadian
Sastra mempunyai peranan penting dalam perkembangan kepribadia sang anak. Tokoh-tokoh dalam karya sastra secara tidak dasar akan mendorong atau mempengaruhi anak-anak mengendalikan berbagai empsi, misalnya; benci, cemas, khawatir,takut, bangga, angkuh, sombong dan lainnya. Bahkan untuk menolong anak-anak menghilangkan “stres” telah dipergunakan “bibliotherapi”, yaitu susatu interaksi antara pembaca dan sastra, ternyata hasilnya memuaskan.
4. Perkembangan sosial
Istilah sosialisasi mengacu pada suatu proses yang digunakan untuk anak-anak dalam membentuk perilaku, norma-norma, dan memotivasi, yang selalu dipantau serta dinilai oleh keluarga dan kelompok budaya mereka. Anak-anak harus mengikuti cara-cara hidup kelompok mereka dengan menuruti aturan-aturan yang berlaku. Ada tiga proses yang sangat berpengaruh dalam sosialisasi dalam dunia anak-anak.
Pertama, proses hadiah dan hukuman. Orang tua/orang dewasa kerap kali memberikan hadiah kepada anak-anak atas perilaku yang baik. Sebaliknya, mereka memberi hukuman atas perilaku yang todak baik. Hal ini bermakna, anak-anak disuruh melakukan hal-hal yang baik dan melarang  melakukan hal-hal yang baik.
Kedua, proses imitasi/peniruan. Anak-anak meniru/ menyontoh perolaku atau responsi orang dewasa atu teman sebaya. Apda masa ini anak belajar tentang perilaku yang berterima dalam budaya.
Ketiga, proses identofokasi. Proses ini menuntut ikatan emosioanl dengan  model-model yang ada. Anak-anak ingin agar pikiran, perasaan, dan sifat-sifat mereka sama dengan  model-model yang disukai. Karena itu, dalam karya sastra yang dipilih unntuk anak (siswa SD) hendaknya menampilkan tokoh model yang dapat membawa anak-anak ke arah yang baik dan benar, sesuai dengan norma yang berlaku. 

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah diimajinasikan. 
Isi kandungan sastra anak yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan psikologi anak itulah yang antara lain, merupakan karekteristik sastra anak. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya.




Daftar Pustaka
Ismawati, Esti dan Faraz Umaya. 2012. Belajar Bahasa di Kelas Awal. Yogyakarta: Ombak.
Rosdiana, Yusi. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
T, Solchan. 2014.  Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia: Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadis Media Pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam proses belajar mengajar, kehadiran alat atau media mempunyai arti yang cukup penting. Ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya alat atau media tersebut dapat mempercepat proses pembelajaran murid karena dapat membuat pemahaman murid lebih cepat pula. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi mempermudah jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Bukan pada masa modern saja, penggunaan media atau alat bantu pembelajaran juga sudah dikenal sejak masa Rasulullah yang mana beliau adalah sosok pendidik yang agung bagi umat manusia. Jika demikian adanya maka disini pemakalah akan membahas mengenai pengertian dari media pendidikan, macam-macam media pada masa Rasulullah serta perbandingannya dengan masa sekarang, dan manfaat menggunakan media pembelajara...

KEDUDUKAN IBADAH DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah adalah konsep untuk semua bentuk (perbuatan) yang di cintai dan di ridhai oleh Allah dari segi perkataan dan perbuatan yang konkret (nyata) dan yang abstrak (tidak nyata, tersembunyi). Ibadah sangat diperlukan untuk kehidupan ini terutama untuk seorang muslim. ibadah mempunyai ruang lingkup yang sangatlah luas. Serta dibalik setiap ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah pasti mempunyai hikmah dan rahasia untuk kemaslahatan umat itu sendiri. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dan kedudukan dari ibadah dalam islam ? 2. Apa dasar ibadah? 3. Apa  saja prinsip ibadah ? 4. Apa hikmah serta rahasia ibadah ? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian dan kedudukan ibadah dalam islam 2. Untuk mengetahui dasar ibadah 3. Untuk mengetahui prinsip ibadah 4. Untuk mengetahui hikmah serta rahasia ibadah BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ibadah dan Kedudukannya Kata ibadah tera...